Postingan

Menampilkan postingan dari 2018

Kegetiran

Gambar
Kegetiran. oleh : Iqbal Arjchun Prayoga Aku telah menaburkan lebih banyak bibit di tanah itu. Agar tanaman-tanaman yang tumbuh saat kau berduka, melihat aku bukan sebagai tuaannya. Setiap lembayung menutup hari,  kau tak luput berpesan agar  menyirami kebun kebun esok pagi: dengan air matamu tentunya. Namun setiap kau tak ada,  aku akan kembali memupuki tanah-tanah gembur  yang sarat akan cinta patahmu itu  :  dengan ketulusan, dengan kasih sayang serta cinta yang tak terbatas. Dahulu aku sering bercakap dengan kau  perihal menjatuhkan diri pada jurang yang dinamakan cinta. Namun kau hanya menyimpulkan senyummu saat aku menutup tutur kataku. Aku paham betul, jatuh cinta itu pelik. Di sisi yang pertama kau sedia membuka pintu gerbang menuju bahagia yang fana. Di sebrang sisi itu kau juga menggenggam kemungkinan bahwa kehancuran siap menyambutmu pada perpisahan-perpisahan. Selepas itu aku melihat matamu ...

Kau mengetahui bahwa aku tahu.

Gambar
Kau mengetahui bahwa aku tahu. oleh : Iqbal Arjchun Prayoga Aku tahu: kau tahu. Namun pendustaan itu masih terselubung dan  mengenggam erat pada akar yang menancap di dadamu. Kau tahu, sesuatu. Ia mencintaimu yang berselimut sepi Dan aku tahu, sesuatu. Kau membalas cintanya dengan berapi-api. Namun dengan berapa api Kau akan tinggal dalam kepala dan masa lampaunnya? Hutan belantara itu sudah diselimuti kabut. Di atasnya terdapat puncak gemuruh yang terpapar halilintar paling nyaring. Suaramu tak terdengar di sana. Sepatumu akan basah, napasmu hangat. Tapi jangan biarkan pipimu melakukan hal yang sama. Apapun, jangan ada air yang izin melewati matamu. Apakah kau akan menyuapiku dengan hal yang sama setiap hari? Aku tahu : kau tahu, Tapi mengapa kau memilih menghadiahi dalih yang sama kepadaku?  [ ditulis untuk mengingat,  bahwa setahun lalu aku memang memiliki alamat ini ] [ IAP // Subang, 24 Mei ...