Seluruh belahan Bumi dan Semesta
Biar aku pastikan bahwa hari akan selalu bersedia larut diantara kau
dan aku, mari kita beri kisah ini kepada segalanya. Ujung harapan segala yang
kita inginkan, yang tengah dimimpikan kala bulan tersenyum. Aku dan kamu, serta
hal baik yang tengah kita buat. Tetaplah berpijak di sisiku, genggam segala
resah yang menggebu di dadaku. Tolong tenangkan segala juang yang berujung hilang.
Mari berpetualang bersamaku. Kita hadiri segala tempat yang indahnya belum kita
tahu. Mari berlari bersamaku, menyusuri hutan, mengitari pantai, dan mencari
embun pagi. Mari kita larutkan nama Kau dan Aku pada kehilangan yang tak bisa
dihilangkan.
Aku
tak tahu di titik mana kita akan dipaksakan terhenti. Bukannya berpikiran
buruk, namun aku selalu mempertimbangkan kemungkinan terburutk dari hidup ini.
membayangkan saat kau jatuh hati kepada seseorang yang bukan aku, membayangkan
luka demi luka semakin giat menyelimuti kita, hingga akhirnya membayangkan
ketika ‘Aku’ dan ‘Kamu’ tak lagi menjadi kata “Kita”.Karena bagiku, kemungkinan
terburuk dalam hidup ini; Kehilanganmu.
Bukankah
pada akhirnya kita memang benar-benar akan dihadapkan pada keadaan terburuk
kita? Barangkali saat itu kau dan aku lelah, barangkali kita perlahan-lahan
menjadi lemah. Seuntai kekuatanpun tak cukup untuk membuat aku dan kau hendak
berdiri. Namun tak usah cemas berlebihan. Kau dan Aku sudah mahir menguatkan
satu sama lain.
Kepada
seluruh belahan bumi dan semesta, detik ini juga aku akan berbicara padamu. Ia
adalah wanita yang paling kucintai setelah ibuku di dunia ini. sekarang ia
telah banar-benar terperangkap dalam sukma terdalamku. Dan aku? Tentu saja aku
enggan untuk melepaskannya. Biarlah patah hati- patah hati yang lalu, larut dan
menjadi pelajaran untuk kisah yang akan kutulis selanjutnya.
Probolinggo, 22 Juni 2017. 1.45 AM
Iqbal Arjchun Prayoga
Demi Kurun Waktu Yang Tak Terbatas
Komentar
Posting Komentar