Kegetiran

Kegetiran. oleh : Iqbal Arjchun Prayoga Aku telah menaburkan lebih banyak bibit di tanah itu. Agar tanaman-tanaman yang tumbuh saat kau berduka, melihat aku bukan sebagai tuaannya. Setiap lembayung menutup hari, kau tak luput berpesan agar menyirami kebun kebun esok pagi: dengan air matamu tentunya. Namun setiap kau tak ada, aku akan kembali memupuki tanah-tanah gembur yang sarat akan cinta patahmu itu : dengan ketulusan, dengan kasih sayang serta cinta yang tak terbatas. Dahulu aku sering bercakap dengan kau perihal menjatuhkan diri pada jurang yang dinamakan cinta. Namun kau hanya menyimpulkan senyummu saat aku menutup tutur kataku. Aku paham betul, jatuh cinta itu pelik. Di sisi yang pertama kau sedia membuka pintu gerbang menuju bahagia yang fana. Di sebrang sisi itu kau juga menggenggam kemungkinan bahwa kehancuran siap menyambutmu pada perpisahan-perpisahan. Selepas itu aku melihat matamu ...