Postingan

Kegetiran

Gambar
Kegetiran. oleh : Iqbal Arjchun Prayoga Aku telah menaburkan lebih banyak bibit di tanah itu. Agar tanaman-tanaman yang tumbuh saat kau berduka, melihat aku bukan sebagai tuaannya. Setiap lembayung menutup hari,  kau tak luput berpesan agar  menyirami kebun kebun esok pagi: dengan air matamu tentunya. Namun setiap kau tak ada,  aku akan kembali memupuki tanah-tanah gembur  yang sarat akan cinta patahmu itu  :  dengan ketulusan, dengan kasih sayang serta cinta yang tak terbatas. Dahulu aku sering bercakap dengan kau  perihal menjatuhkan diri pada jurang yang dinamakan cinta. Namun kau hanya menyimpulkan senyummu saat aku menutup tutur kataku. Aku paham betul, jatuh cinta itu pelik. Di sisi yang pertama kau sedia membuka pintu gerbang menuju bahagia yang fana. Di sebrang sisi itu kau juga menggenggam kemungkinan bahwa kehancuran siap menyambutmu pada perpisahan-perpisahan. Selepas itu aku melihat matamu ...

Kau mengetahui bahwa aku tahu.

Gambar
Kau mengetahui bahwa aku tahu. oleh : Iqbal Arjchun Prayoga Aku tahu: kau tahu. Namun pendustaan itu masih terselubung dan  mengenggam erat pada akar yang menancap di dadamu. Kau tahu, sesuatu. Ia mencintaimu yang berselimut sepi Dan aku tahu, sesuatu. Kau membalas cintanya dengan berapi-api. Namun dengan berapa api Kau akan tinggal dalam kepala dan masa lampaunnya? Hutan belantara itu sudah diselimuti kabut. Di atasnya terdapat puncak gemuruh yang terpapar halilintar paling nyaring. Suaramu tak terdengar di sana. Sepatumu akan basah, napasmu hangat. Tapi jangan biarkan pipimu melakukan hal yang sama. Apapun, jangan ada air yang izin melewati matamu. Apakah kau akan menyuapiku dengan hal yang sama setiap hari? Aku tahu : kau tahu, Tapi mengapa kau memilih menghadiahi dalih yang sama kepadaku?  [ ditulis untuk mengingat,  bahwa setahun lalu aku memang memiliki alamat ini ] [ IAP // Subang, 24 Mei ...
Seluruh belahan Bumi dan Semesta           Biar aku pastikan bahwa hari akan selalu bersedia larut diantara kau dan aku, mari kita beri kisah ini kepada segalanya. Ujung harapan segala yang kita inginkan, yang tengah dimimpikan kala bulan tersenyum. Aku dan kamu, serta hal baik yang tengah kita buat. Tetaplah berpijak di sisiku, genggam segala resah yang menggebu di dadaku. Tolong tenangkan segala juang yang berujung hilang. Mari berpetualang bersamaku. Kita hadiri segala tempat yang indahnya belum kita tahu. Mari berlari bersamaku, menyusuri hutan, mengitari pantai, dan mencari embun pagi. Mari kita larutkan nama Kau dan Aku pada kehilangan yang tak bisa dihilangkan.                                Aku tak tahu di titik mana kita akan dipaksakan terhenti. Bukannya berpikiran buruk, namun aku selalu mempertimbangkan kemu...

Berjalan Dengan Hujan

Gambar
Berjalan Dengan Hujan Oleh: Iqbal Arjchun Prayoga Rintik-rintiknya masih merdu di telingaku Aku yang mencari jalan Namun tak tahu arah bepergian Derasnya terus menerpa pipiku Dalam jejak-jejak langkah yang ku susuri Dalam peluk kenangan yang belum ku pahami Dalam setiap derai sunyi yang menyapa sepi Biar aku cari sendiri jalanku Bersama hujan.. , Bersama kenangan yang kamu titipkan Terima kasih.. telah menghilang begitu saja Terima kasih telah menitipkan pesan yang  tak bisa ku baca Barangkali rinai hujan yang akan memaksaku pergi Dan sejenak, aku hanya bisa berteduh dalam puisi Percayalah aku masih kalut dan tak mengerti Ingat.. aku tak pernah pergi Setidaknya kamu tahu, mana air mata dan mana air hujan Setidaknya kamu melihatku  berjalan dengan setiap tetesnya sendunya

Kamu, Bukan Lagi Puisiku

Gambar
Kamu, Bukan Lagi Puisiku Oleh: Iqbal Arjchun Prayoga Aku menetap di titik ini Di temani pukauan cahaya lampu sang ibu kota Dalam malam sunyi Dengan sendunya angin sepi Kamu,.. Yang kekal dalam hangat Namun dingin saat di ingat Untuk keberkian kalinya Kamu ingatkan dada ini Bahwa kini malam-malam yang ku jalani Hanya sebatas keindahan ilusi Sama Sepertimu Sekarang, kamu bukan lagi Puisiku Tak ada lagi rangkaian kata yang ku tulis untukmu Yang ada hanyalah debar-debur rindu  Yang selalu ingin membunuhku Tak terbesit sedikitpun dalam benakku Untuk dapat menemuimu kembali Lantas apa ini? Kedua kelopak mata kita saling berhadap Saling menerka cahaya yang ada Ketahuilah, kamu bukan lagi puisiku Semesta alam sudah lelah memberiku ide dalam goresan tinta ini Tak ada lagi bahasa indah yang ku tulis untukmu Tak ada lagi yang tersisa... Sejauh mata memandang Sedahsyat badai menghujam Itulah aku, saat hampir selur...

MAJAS ALAM SEMESTA

Gambar
MAJAS ALAM SEMESTA Oleh : Iqbal Arjchun Prayoga Matahari, Rembulan, Bintang Atau apapun yang mustahil ku lakukan Menaklukan Gunung Himalaya? Tidak... Ada yang bisa lebih mustahil dari itu. Menepis Luka Memendam Rasa Pedih Yaa.. itulah yang ku maksud Bahkan melebihi diriku sendiri Semua yang ku gunakan untuk menggambarkanmu Dalam puisi ini Pada prosa bintang Dengan alinea langit Ku gunakan Majas alam semesta Karena kamu Adalah tentang metafora, yang selalu mengungkap perbedaan Seperti sinekdok, satu untuk mewakili seluruh keindahan Seperti hiperbola, yang selalu berlebihan Seperti ironi, yang memanipulasi hati Layaknya Personifikasi, yaitu khayal yang tinggi Pikiran bumi tak pernah mengerti Mengapa langit menangis, lalu mengirim rintik hujan Namun hati alam selalu tahu Tuhan memerintahkan langit untuk menangis Agar muka bumi tak lagi gersang Agar mahluk bumi terus hidup, dan Agar pesona hijaunya terus bergelora Jadi? Mana yang kamu pilih? Menja...

Mungkinkah Aku Lupa?

Gambar
Mungkinkah Aku Lupa? Oleh : Iqbal Arjchun Prayoga Ini bukanlah tentang kisah Bukan pula perihal paku, panah ataupun kunci yang patah Ini adalah tentang cinta Tentang rasa dan hati yang mencoba mati Aku lihat raut wajahmu di ujung mimpi Dalam perhelatan drama bisu yang tak lagi berpadu Aku berlari sekuat nafas Jauh.. jauh.. ke tempat yang tak terkira Tergesa karena terus mencari Untuk mengerti dan temukan, caranya melupakan Aku berusaha penuh tenaga, melepaskan rasa Karena itu, melupakanmu terasa sangat merenggut jiwa Semua cerita yang kita lalui Kita jalani setengah mati Mungkinkah kita lelah? Sepertinya tidak Hanya akulah yang lelah, sedangkan kamu? Aku tak bisa berbahasa apapun Aku mencoba dan terus mencoba Aku terus mencoba melawan luka Di samping itu, terus menerus mengelus dada Tak jarang sesekali aku kewalahan menghela nafas Jantung selalu berdebar tak karuan Ku coba hentikan aliran air di ujung mataku Demi ...